NAMA: ARLING. S
N. I. M : 45 11 101 074
TANTANGAN ETIKA BISNIS DALAM ERA GLOBALISASI DIBIDANG TI
2.1. Pengertian Etika
Bisnis di Dunia IT
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia etika adalah :
Ø Ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Ø Kumpulan
asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak
Ø Nilai
mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat
Dari asal usul kata,
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adapt istiadat /
kebiasaan yang baik. Perkembangan
etika à studi tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Secara etimologi etika
dapat disamakan dengan Moral. Moral berasal dari bahasa latin “mos” yang
berarti adaptasi kebiasaan. Moral lebih kepada rasa dan karsa manusia dalam
melakukan segala hal di kehidupannya. Jadi moral lebih kepada dorongan untuk
mentaati etika.
Etika
adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.
Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan
dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang
perilaku manusia yang penting.
Bisnis
adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Teknologi informasi adalah
teknologi yang menggabungkan komputasi (computer) dengan jalur
komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video. Maka dapat
disimpulkan, etika bisnis dalam IT adalah suatu pemikiran kritis mendasar
tentang pandangan moral dalam usaha perdagangan yang dilakukan seseorang atau
kelompok organisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan menggunakan teknologi
yang menggabungkan komputasi dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang
membawa data, suara dan video.
Masalah etika bisnis atau etika usaha akhir‑akhir ini
sernakin banyak dibicarakan. Hal ini tidak terlepas dari semakin berkernbangnya
dunia usaha di berbagai bidang. Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di
dalarn maupun di luar negeri, telah menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya
tuntutan praktik bisnis yang baik, yang etis, yang juga menjadi tuntutan
kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi yang dituntut oleh
ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis. Dalarn ekonorni pasar
global, kita hanya bisa survive jika mampu bersaing. Untuk bersaing harus ada
daya saing yang dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi. Untuk itu pula,
diperlukan etika dalarn berusaha atau yang dikenal dengan etika bisnis karena
praktik berusaha yang tidak etis dapat mengurangi produktivitas dan mengekang
efisiensi dalarn berbisnis.
Etika bisnis membantu para pelaku bisnis untuk
melakukan pendekatan permasalahan moral dalam bisnis secara tepat dan sebaliknya
mendekati permasalahan yang terjadi pada bisnis dengan pendekatan moral yang
mungkin sering diabaikan. Etika bisnis akan membuat pengertian bahwa bisnis
tidak sekedar bisnis, melainkan suatu kegiatan yang menyangkut hubungan
antarmanusia sehingga harus dilakukan secara “manusiawi” pula.
Etika bisnis akan memberikan pelajaran kepada para
pelaku bisnis bahwa bisnis yang “berhasil”, tidak hanya bisnis yang menuai
keuntungan secara material saja melainkan bisnis yang bergerak dalam koridor
etis yang membawa serta tanggung jawab dan memelihara hubungan baik
antarmanusia yang terlibat di dalamnya.
2.2. Prinsip dalam Etika Bisnis
1. Prinsip
otonomi.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa manusia dapat
bertindak secara bebas berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggap
baik untuk dilakukan, tetapi otonomi juga memerlukan adanya tanggung jawab.
Artinya, kebebasan yang ada adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Orang yang
otonom adalah orang yang tidak saja sadar akan kewajibannya dan bebas mengambil
keputusan berdasarkan kewajibannya saja, tetapi juga orang yang
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya, mampu bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya serta dampak dari keputusan tersebut.
2. Prinsip
kejujuran.
Kejujuran adalah prinsip etika bisnis yang cukup
penting karena menjamim kelancaran sebuah kegiatan bisnis. Beberapa contoh
aspek kejujuran dalam kegiatan bisnis antara lain adalah:
Kejujuran dalam menjual atau menawarkan barang dengan
harga yang sesuai dengan kualitas barang yang dijual atau ditawarkan tersebut.
Dalam hal ini, bisnis adalah kegiatan simbiosis mutualisme atau kegiatan yang
saling mernbutuhkan dan saling menguntungkan antara pihak penjual dan pembeli.
3. Prinsip
berbuat baik dan tidak berbuat jahat.
Berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat jahat (non-maleficence)merupakan prinsip moral
untuk bertindak baik kepada orang lain dalam segala bidang. Dasar prinsip
tersebut akan membangun prinsip‑prinsip hubungan dengan sesama yang lain
seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan lain sebagainya.
4. Prinsip
keadilan.
Prinsip keadilan merupakan prinsip yang menuntut bahwa
dalam hubungan bisnis, seseorang memperlakukan orang lain sesuai haknya. Di
dalarn prinsip tersebut, tentunya keseimbangan antara hak dan kewajiban menjadi
bagian terpenting dalam sebuah bisnis.
5. Prinsip
hormat pada diri sendiri.
Prinsip ini sama artinya dengan prinsip menghargai
diri sendiri, bahwa dalam melakukan hubungan bisnis, manusia memiliki kewajiban
moral untuk memperlakukan dirinya sebagai pribadi yang memiliki nilai sama
dengan pribadi lainnya.
2.3. Kategori Bisnis di Bidang IT
Bisnis di bidang teknologi informasi memiliki tujuan
dan format yang sama dengan bisnis‑bisnis di bidang lainnya. Perbedaannya
hanyalah obyek bisnisnya, yaitu teknologi informasi. Sesuai dengan kegiatan
dalam dunia teknologi informasi maka bisnis di bidang ini dapat dibagi menjadi
beberapa kategori sebagai berikut:
1. Bisnis
di Bidang Industri
Perangkat Keras.
Bisnis di bidang ini merupakan bisnis yang bergerak di
bidang rekayasa perangkat‑perangkat keras pembentuk komputer.
2. Bisnis
di Bidang Rekayasa Perangkat Lunak.
Bisnis ini bergerak di bidang rekayasa perangkat lunak
atau perangkat lunak komputer. Dalam lingkup yang kecil, bisnis ini bisa saja
dilakukan oleh individu atau sescorang yang menguasai teknik‑teknik rekayasa
perangkat lunak. Sedangkan dalam lingkup yang lebih besar, bisnis rekayasa
perangkat lunak ini adalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan perangkat
lunak raksasa yang melahirkan perangkat‑perangkat lunak utama dalam operasional
kornputer.
3. Bisnis di Bidang Distribusi dan Penjualan
Barang.
Setelah bisnis di bidang industri menghasilkan suatu
produk, dalam hal ini adalah produk komputer, maka bagian bisnis ini bertugas
menjual dan mendistribusikan produk‑produk industri tersebut. Bisnis teknologi
informasi di bidang penjualan dilakukan oleh vendor‑vendor komputer dan atau
individu-individu yang melakukan tugas sebagai salesman produk tersebut.
4. Bisnis
di Bidang Pendidikan Teknologi Informasi.
Bisnis di bidang pendidikan dilakukan mulai dari
lembaga-lembaga kursus kornputer sampai pada perguruan tinggi di bidang
kornputer.
5. Bisnis
di Bidang Pemeliharaan Teknologi Informasi.
Banyak pelaku bisnis yang bergerak di bidang
pemeliharaan produk‑produk TI. Pemeliharaan tersebut bisa saja dilakukan oleh
pengembang melalui divisitechnical support‑nya atau ada juga yang
dilakukan olch lembaga-lembaga bisnis yang memang memiliki spesialisasi di
bidang maintenance dan teknisi.
2.4. Tantangan Umum Bisnis di Bidang TI
Seperti juga bisnis‑bisnis yang lain, bisnis di bidang
teknologi informasi juga bertujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar‑besamya
dari kegiatan yang dilakukan. Sejalan dengan perkembangan dan
perubahan teknologi yang begitu cepat maka tentunya tujuan sebuah perusahaan
bisnis (teknologi informasi) tidak hanya memusatkan perhatian pada pencarian
keuntungan yang sebesar-besarnya. Perusahaan tidak sekedar mempunyai tanggung
jawab ekonomi, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial.
Berikut di bawah ini adalah beberapa hal yang
merupakan tantangan pelaksanaan etika
bisnis dalam dunia bisnis teknologi informasi seiring dengan perubahan dan
perkembangan yang sering kali terjadi secara revolusioner :
a. Tantangan
inovasi dan perubahan yang cepat.
Mengingat perubahan yang begitu cepat dalam bidang
teknologi informasi, sering kali perubahan yang terjadi memberikan tekanan bagi
masyarakat atau perusahaan untuk mengikuti perubahan tersebut. Perusahaan yang
mencoba menolak perubahan teknologi tersebut biasanya mengalami ancarnan yang
cukup besar sehingga memperkuat alasan untuk melakukan perubahan. Keuntungan
ekonornis dari perubahan tersebut seing kali menjadi alasan pernbenaran mereka
dalarn melakukan perubahan.
Dampak inovasi dari perubahan tersebut kerap
menimbulkan banyak masalah menyangkut tenaga keria dan sumber daya manusia,
dibandingkan dengan manfaat pernbangunannya. Banyak tenaga kerja yang
menganggap bahwa suatu perubahan dan inovasi akan mengecilkan kernarnpuan
mereka dalarn melakukan suatu pekerjaan. Hal ini tentu saja akan mengubah kondisi
pekerjaan dan mengurangi tingkat kepuasan kerja seseorang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan mempunyai
tanggung jawab yang lebih besar untuk menyediakan lapangan kerja dan
menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja dalarn masa perakhan. Termasuk di
dalarnnya adalah mendukung, melatih, dan mengadakan sumber daya untuk menjamin
orang‑orang yang belurn bekerja memiliki keahlian dan dapat bersaing untuk
menghadapi dan mempercepat perubahan.
b. Tantangan
pasar dan pemasaran di era globalisasi.
Persaingan yang ketat di era globalisasi menimbulkan
banyak alasan bagi pelaku bisnis di bidang teknologi informasi untuk melakukan
konsentrasi industri, misalnya dengan meningkatkan kemarnpuan saing, memudahkan
pemodalan.
Merupakan sebuah tantangan bagi setiap pelaku bisnis
untuk mengembangkan suasana persaingan yang sehat. Ia menghasilkan dunia usaha
yang dinamis dan terus berusaha menghasilkan yang terbaik. Namun, persaingan
haruslah adil dengan aturan‑aturan yang jelas dan berlaku bagi semua orang. Memenangkan
persaingan bukan berarti mematikan pesaing. Dengan demikian, persaingan harus
diatur agar selalu ada, dan dilakukan di antara kekuatan‑kekuatan yang
seimbang.
c. Tantangan
pergaulan internasional.
Sering terjadi bahwa perusahaan internasional mengambil
tindakan yang tak dapat diterima secara lokal di suatu negara. Banyak
pertanyaan mendasar bagi perusahaan multinasional, seperti kemungkinan masuknya
nilai moral budayanya ke budaya masyarakat lain, atau kemungkinan terjadi
eksploitasi yang dilakukan perusahaan terhadap lubang‑lubang perundang‑undangan
dalam sebuah negara demi kepentingan mereka.
d. Tantangan
pengembangan sikap dan tanggung jawab pribadi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cepat, memberikan tantangan penegakan nilai‑nilai etika dan moral setiap
individu guna mengendalikan kemajuan dan penerapan teknologi tersebut bagi
kemanusian.
Sebenarnya, inti etika bisnis yang pantas dikembangkan
oleh setiap individu adalah pengendalian. Dalarn hal ini, semua perlu menyadari
bahwa keuntungan adalah motivasi bisnis. Yang ingin diatur oleh etika bisnis
adalah bagaimana memperoleh keuntungan itu. Keuntungan yang dicapai dengan
cara curang, tidak adil, dan bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan
martabat kemanusiaaan, tidaklah etis.
e. Tantangan
pengembangan sumber daya manusia.
Sebuah institusi bisnis, tidak hanya memiliki uang
untuk kepentingan bisnis, tetapi juga sumber daya manusia yang berguna bagi
pengembangan bisnis tersebut. Bisnis memiliki manajer yang berkompeten, tenaga
keuangan yang profesional, tenaga ahli yang terampil, dan semua saling
mendukung demi keberhasilan sebuah bisnis.
Kesimpulannya, bisnis memang berorientasi kepada
keuntungan secara ekonomi. Namun, tanggung jawab dan kewajiban‑kewajiban sosial
memiliki nilai yang tinggi pula untuk keberhasilan sebuah bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar